BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah
satu jenis kegiatan yang banyak dilakukan orang dalam kehidupannya
bermasyarakat adalah bertutur. Ada-ada saja yang dituturkannya kepada
teman-temannya atau kepada orang lain, pada kesempatan-kesempatan yang
memungkinkan. Orang tua yang memberitahu anak-anaknya tentang sesuatu yang
sebaiknya diteladani dikaatakan bernasihat; guru yang menerangkan pelajaran
kepada murid-muridnya disebut mengajar; penata masyarakat (lurah, camat,
bupati, gubernur, menteri, presiden, dan lain sebagainya) yang menguraikan
kebijaksanaan pemerintahannya dinamakan berpidato; seorang pemuka partai yang
membeberkan kelebihan program partainya kepada khalayak ramai dalam rangka
pemilihan umum disebut berkampanye; orang-orang yang bertukar pendapat
memecahkan masalah dalam suatu forum dikatakan berdebat atau berdiskusi;
seorang sastrawan yang mengungkapkan imajinasinya dalam bentuk karya sastra
dinamakan pengarang; tukang obat yang “mengecapkan” obat-obatannya di
tengah-tengah orang yang mengerumuninya disebut berpropaganda. Takkan
habis-habisnya istilahyang bisa diketengahkan untuk menamakan perwujudan
kegiatan bertutur yang berlangsung di tengah-tengah masyarakat. Lebih-lebih
lagi kalau orang mampu menyediakan nama yang sesuai dengan ciri-ciri khas wujud
kegiatan bertutur itu masing-masing yang pada hakikatnya berbeda yang satu dari
yang lainnya.
Namun terlepas daripada persoalan nama itu,
sepanjang kegiatan tersebut memakai bahasa sebagai sarana dasarnya, maka
sebenarnya dia termasuk ke dalam jenis kegiatan bertutur. Dalam makalah ini
akan disajikan pengaruh retorika dalam bidang pendidikan dan pengajaran,
pendidikam merupakan suatu bidang yang sangat membutuhkan retorika dalam
menyampaikan pembelajaran. Pembelajaran akan lebih tersampaikan apabila
menggunakan retorika yang baik dan benar. Maka dari itu penulis akan memaparkan
seperti apa dan bagaimana tuturan yang digunakan oleh penutur dalam bidang
pendidikan, baik dalam pembelajaran maupun pidato kependidikan.
A.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang di atas, maka
dapat kami rumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas didalam makalah
ini, yaitu:
1.
Apa pengertian retorika?
2.
Apa unsur-unsur / obyek kajian
retorika?
3.
Apa pengertian pendidikan?
4.
Bagaimana pengaruh retorika dalam
kajian pendidikan dan pengajaran?
B.
Tujuan Penulisan
Sesuai
dengan yang menjadi rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1.
Ingin mengetahui pengertian
retorika.
2.
Ingin mengetahui unsur-unsur / obyek
kajian retorika.
3.
Ingin mengetahui pengertian
pendidikan.
4.
Ingin mengetahui pengaruh retorika
dalam kajian pendidikan dan pengajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Retorika
Istilah
retorika sebenarnya merupakan cara bertutur yang baik dan benar. Di Indonesia
sebenarnya istilah ini tidak terlalu popular, hal ini dikarenakan banyak hal
dan salah satunya tidak dicantumkannya istilah retorik pada kamus besar Indonesia ,
namun belum tentu bangsa ini tidak menggunakan retorik, hamper semua aspek
kehidupan membutuhkan retorika untuk menjalankan segala sesuatunya. Ada beberapa keragaman
pengertian mengenai retorik,yaitu:
1.
Retorik Attic
Menurut
cacatan sejarah, studi retorik ini muncul di Sirakusa, ibu kota pulau Sisilia yang termasuk daerah
kekuasaan Yunani. Tokoh dari retirik attic ini adalah Corax dan Tissias yang
menulis buku berjudul Techne. Dalam bukunya itu sang pakar mengatakan bahwa
retorik adalah kecakapan berpidato di depan umum. Jadi retorik ini memberikan
pengertian yang sangat sederhana yakni
kecakapan berpidato di depan umum, tapi perlu kita ketahui bahwa retorik ini
memiliki kelemahan yakni konsep berpidato memanglah bertutur, akan tetapi
bertutur belum tentu dilakukan dengan cara berpidato saja. Jadi pengertiannya
masih terlalu sempit.
2.
Retorik Sofis
Menjelang
abad ke-5 sebelum masehi, ada sekelompok filosof dari Athena dengan nama kaum
sofis, diantara mereka aa lima
orang yang menonjol yaitu Gorgias, Lysias, Phidias, Protagoras dan Isocrates.
Menurut kaum sofis ini, Retorik adalah alat untuk memenangkan kasus. Dalam
konsepnya apapun yang dihadapi haruslah dimenangkan dengan tuturan mereka,
tidak peduli salah ataupun benar, mereka hanya mementingkan kemenangan dalam
kasus yang mereka hadapi. Namun perlu kita kaji bersama bahwa retorik dan
konsep initidaklah selamanya baik kerena kemengangan yang diperoleh hanyalah
sementara dan itu merupakan kelemahan dari konsep sofis. Adapun prinsip-prinsip
retorik yang diajarkan kaum sofis adalah sbagai berikut:
·
Seorang penutur harus pandai memainkan ulasan
termasuk menyisipkan argument beserta bukti pendukungnya.
·
Penutur harus pandai berbahasa, misalnya saja
tukat menukar kata, mengubah susunan kalimat. Kemampuan yang satu ini dikenal
dengan teknik bersilat lidah.
·
Penutur harus memanfaatkanemosi penanggap tutur
sebaik-baiknya. Membangkitkan emosi lawan bicara agar lebih mudh menjatuhkan
lawan tutur kita.
·
Keseluruhan tindak. Dalam hal ini sarana dalam
kegiatan bertutur harus diarahkan ke satu tujuan yaitu kemenangan.
3.
Retorik Aristoteles atau Retorik Tradisionil
Aristoteles
adalah filosof yang menyelamatkan retorika dari anggapan yang kurang benar.
Aristoteles menyebutkan ahwa retorik adalah ilmu yang mengajarkan
seseorang keterampilan menemukan sarana
persuasive dalam suatu kasus. Namun konsep ini masih memilikikelemahan yakni
membatasi retoriknya sebagai ilmu yang mengajarkan orang keterampilan menemukan
sarana persuasive yang obyektif dalam suatau kasus dan kekurang lengkapan
metode yang dipakai dalam membahas topic tuturnya. Sehingga dalm
perkembangannya maka muncullah New Arisrotelesia yang menitik tekankan pada Win
Win Solosion, dimana dalam penyelesaian suatu kasus haruslah saling memahami
dan sama-sama mencapai kemenangan. Retorik ini merupakan retorik tingkat
tinggi. Saling memahami merupakan kunci dari retorika ini karena dengan itulah
semua peersoalan dapat menemukan solusi yang terbaik bagi semua belah pihak.
Retorika
atau ilmu komunikasi adalah cara pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan
pada suatu pengetahuan atau metode yang teratur atau baik. Berpidato, ceramah,
khutbah juga termasuk kajian retorika. Cara-cara mempergunakan bahasa dalam
bentuk retorika seperti pidato tidak hanya mencakup aspek-aspek kebahasaan saja
tetapi juga mencakup aspek-aspek lain yang berupa penyusunan masalah yang
digarap dalam suatu susunan yang teratur dan logis adanya fakta-fakta yang
meyakinkan mengenai kebenaran masalah itu untuk menunjang pendirian pembicara.
B.
Unsur-unsur
/ Obyek Kajian Retorika
1.
Manusia
Retorika
memandang manusia sebagai pelaku kegiatan bertutur yang memiliki
harkat,martabat,derajat kemanusiaan serta berbudaya. Manusia merupakan sebyek
yang berperan sebagai penutur dan penerima tuturan dalam kegiatan bertutur.
2.
Topik Tutur
Topik
tutur adalah hal yang dibicarakan. Dalam hal ini topic atau hal yang
dibicarakan haruslah bermanfaat,actual dan factual. Dikatakan bermanfaat adalah
sama-sama memiliki kepentingan yang harus tercapai satu samalainnya. Apabila
tuturan itu tidaklah bermanfaat maka akan dikatakan sebagai habya retorik
belaka. Actual dan factual artinya hal yang dibicarakan haris mengikuti
perkembangan jaman dan sesuai dengan kebutuhan pada waktu itu sehingga hal
tersebut dinilai layak dan perlu untuk dituturkan.
3.
Bahasa
Bahasa
adalah simbol verbal yang digunakan untuk menyampaikan dan menerima pesan.
Pandangan retorik terhadap bahasa adalah bahasa itu diharapkan mampu memiliki
gagasan dan bahasa itu diharapkan mampu memiliki pengertian. Bahasa yang
efektif adalah bahasa yang mampu mewakili gagasan dan perasaan kita. Dalam
retorika, agar bahasa itu efektif maka
bahas tersebut harus dipilih,ditata kemudian ditampilkan. Kita ketahui bersama
bahwa bahasa sangat variatif maka dari dalam pemakain suatu bahasa harus
dipilih sesuai dengan konteksnya. Contoh kata: kamu,loe,situ,dikau,antum dan
ente, maka tidak mungkin apabila kita bertutur dengan dosen menggunakan kata
loe,situ dan yang lain. Pemilihan bahasa ini sangat berpengaruh pada
keberhasilan penyampaian bahasa itu sendiri. Setelah bahasa itu dipilih maka
langkah selanjutnya adalah bahasa itu harus ditata sesuai dengan susunan yang
baik dan banar dengan memperhatikan letak dan fungsi suatu kata agar tidak
menimbulkan salah tafsir. Dan langkah selanjutnya adalah bahasa itu
ditampilkan, dalam menampilkan bahasa haruslah dengan sopan dan ramah tamah dan
menyampaikan yang sekiranya baik. Penampilan ini sangat menentukan situasi dan
kondisi penyampaian dan si penutur itu sendiri.
4.
Tindak Tutur
Tindak
tutur adalah kegiatan bagaimana bertutur agar tuturan kita diterima dengan baik
oleh penerima tutur. Tujuan dari tindak tutur adalah memperoleh sesuatu dan
kemudian mempertahankannya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan dan
harus memperhatikan medan
tuturan. Medan
tuturan ini berupa konteks itu sendiri dengan susunan sebagai berikut:
·
Setting: waktu,tempat
·
Siapa yang diajak bertutur ( Person )
·
Ending : tujuan akhir dari suatau tuturan
·
Key/kunci: merupakan kunci informasi yang akan
disampaikan, contohnya membicarakan masalah pendidikan.
·
Instrument: perangkat yang dipakai misalnya saja
pesan pendek, radio, televisi ( Media )
·
Norma: norma adalah aturan dalam kegiatan
bertutur
·
Genre: jenis wacana misalnya saja ilmiah, sastra
dan semacamnya.
Selain medan tuturan, hal yang
perlu diperhatikan adalah tuturan itu sendiri yang berupa teks. Apabila semua
aspek ini dipergunakan dengan baik dan maksimal, maka tuturan kita dapat
diterima dengan baik oleh penerima tutur dan akan mendapatkan tujuan yang
diinginkan.
5.
Tuturan
Tuturan
merupakan komposisi mulai awal hingga akhir
suatu tuturan. Dalam hal ini suatu tuturan tersebur dimulai dari apa kemudian
diahiri dengan apa. Komposisi suatu tuturan dapat dikemas sebagai berikut:
·
Pengantar dengan indeks tekstual 15-20%
·
Isi dengan indeks tekstual 50-70%
·
Penutup dengan indeks tekstual 5-10%
C.
Pengertian
Pendidikan
Pendidikan adalah usaha untuk mendewasakan orang
baik dengan cara formal maupun informal.
Pendidikan merupakan sebuah kata yang sangat
familiar kita dengarkan di dalam hidup sehari hari, sebab pendidikan merupakan
kegiatan penting yang dilakukan oleh hampir semua orang dari lapisan
masyarakat.
Pendidikan sebagai sesuatu yang penting memang
tidak terlepas dari banyaknya pendapat dan asumsi tentang arti dan definisi
pendidikan yang sebenarnya.
Pengertian
Pendidikan Menurut Para Ahli
Menurut
Prof. Herman H. Horn
Pendidikan adalah proses abadi dari penyesuaian
lebih tinggi bagi makhluk yang telah berkembang secara fisk dan mental yang
bebas dan sadar kepada Tuhan seperti termanifestasikan dalam alam sekitar,
intelektual, emosional dan kemauan dari manusia.
Menurut
M.J. Langeveld
Pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi
adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak
merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.
Menurut
Prof. Dr. John Dewey
Pendidikan adalah suatu proses pengalaman.
Karena kehidupan adalah pertumbuhan, pendidikan berarti membantu pertumbuhan
batin tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan ialah proses menyesuaikan
pada tiap-tiap fase serta menambahkan kecakapan di dalam perkembangan
seseorang.
Menurut
Prof. H. Mahmud Yunus
Pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja
dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan
keilmuan, jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si
anak kepada tujuannya yang paling tinggi. Agar si anak hidup bahagia, serta
seluruh apa yang dilakukanya menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan
Nasional Indonesia )
Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat di katakaan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.
D. Pengaruh
Retorika dalam Bidang Pendidikan dan Pengajaran
1.
Secara spontan atau intuisif
Dalam kehidupan bertutur sehari-hari, pada
umumnya orang memanfaatkan retorik itu secara spontan saja. Lebih-lebih lagi
kalau topik tuturnya hanya merupakan topik pengisi waktu luang ataukah
masalah-masalah lain yang diketengahkan dalam pergaulan akrab dan tidak resmi.
Dalam situasi-situasi serupa ini, penutur tidak begitu banyak menghabiskan
waktu dan tenaganya untuk memilih materi bahasa, memakai ulasan dan gaya tuturnya lebih
banyak bersifat spontan saja, karena memang situasi tutur memungkinkan mereka
bertindak demikian.
2.
Secara tradisional atau konvensional
Berbicara tentang pemanfaatan retorik dalam
kegiatan bertutur, ada masa-masa bahwa kebanyakan orang mengikuti
konvensi-konvensi bertutur seperti yang sudah digariskan oleh generasi yang
terdahulu. Dengan kata lain, konvensi itu akhirnya menjadi tradisi yang ditaati
turun-temurun. Misalnya para pujangga untuk menggambarkan seorang gadis cantik,
digunakanlah ungkapan-ungkapan klise: “badannya langsing bagai pohon pinang;
wajahnya bagai bulan purnama; matanya seperti bintang timur; hidungnya bak
dasung tunggal; mulutnya laksana delima merekah dan seterusnya.”
Pemanfaatan retorik secara tradisional, bukan
hanya ada pada masa-masa lampau saja. Di tengah-tengah kehidupan modern
sekarang ini pun masih berkembang kebiasaan-kebiasaan bertutur yang
konvensional. Misalnya saja dalam rapat-rapat atau pertemuan-pertemuan formil
lainnya, sementara orang yang diberi kesempatan berbicara merasa perlu menyebut
nama deretan pejabat yang hadir; mengucapkan terima kasih banyak-banyak atas
kesempatan yang diberikan; dan lain sebagainya. Kebiasaan yang demikian ini
agaknya sudah mentradisi dalam bertutur resmi pada akhir-akhir ini.
3.
Pemanfaatan retorik secara terencana
Yang dimaksudkan pemanfaatan terencana dalam hal
ini ialah penggunaan retorik yang direncanakan sebelumnya secara sadar
diarahkan ke suatu tujuan yang jelas. Misalnya bidang politik, bidang
usaha/ekonomi, karyawan bahasa, bidang kesenian dan bidang pendidikan.
Dalam bidang pendidikan pengajaran sangat
memerlukan retorika,dengan maksud dan tujuan mencapai keberhasilan dalam
pembelajaran. Pemanfaatan retorik secara terarah tampak menonjol pada proses
balajar mengajar di kelas. Dalam proses ini para guru menerapkan prinsip
pendidikan yang telah dipelajari sebelumnya dan memanfaatkan retorika
berdasarkan jenis pembelajaran yang disajikan. Selain itu guru menggunakan alat
peraga untuk menarik minat siswanya. Bermacam-macam usaha dilakukan untuk
menarik minat siswanya, termasuk menggunakan tindak dan tuturan yang
menyenangkan sekaligus produktif bagi perkembangan belajar peserta didiknya.
Sehubungan dengan ini dapat kita pahami bahwa
pendidikanmerupakan proses penerapan retorik. “Keselurahan dari proses
pengajaran didalam kelas adalah penerapan retorik” demikian kata Donald C.
Bryant. Jika seandainya dalam pendidikan tidak memanfaatkan retorika, maka
pembelajaran akan tampak membosankan bagi peserta didiknya dan alhasil
keberhasilan dalam pendidiknpun akan kurang terasa dan maksimal.
Lewat bertutur yang baik maka akan tercipta
suatu kondisi dimana pendidikan sangat menyenangkan bagi peserta didik, namun
sebaliknya penggunaan retorika yang kurang baik bahkan terkesan kaku akn
menimbulkan kurang menarik minat dari peserta didik untuk selalu aktif
mengikuti pembalajaran yang guru ajarkan. Dalam pendidikan upaya untuk
mendewasakan peserta didik ditembuh
dengan berbagai cara, salah satunya dengan tututran yang baik,menarik,produktif
maka proses tersebut akan berjalan dengan lancar. Seorang guru kita ketahui
perlu menggunakan retorika yang baik untuk menguasai kelas yang ia pimpin, maka
dari itu dalam dunia kependidikan, sangat doperlukan tuturan yang memang
diharapkan mencapai tujuan pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Retorika atau ilmu komunikasi adalah cara
pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan atau
metode yang teratur atau baik. Berpidato, ceramah, khutbah juga termasuk kajian
retorika.
Unsur-unsur/obyek kajian retorika antara lain
adalah sebagai berikut; manusia, topik
tutur, bahasa, tindak tutur, dan tuturan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan merupakan proses penerapan retorik.
“Keselurahan dari proses pengajaran didalam kelas adalah penerapan retorik” jika
seandainya dalam pendidikan tidak memanfaatkan retorika, maka pembelajaran akan
tampak membosankan bagi peserta didiknya dan alhasil keberhasilan dalam
pendidiknpun akan kurang terasa dan maksimal.
B.
Kritik dan Saran
Demikian makalah yang dapat kami paparkan
tentang “Pengaruh Retorika dalam Pendidikan Pengajaran”. Semoga
bermanfa’at. Dan tentunya makalah ini tidak terlepas dari kesalahan,
kekurangan, dan kekeliruan. Oleh karena itu penulis memohon kritik dan saran
yang bersifat membangun guna perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ngurah Oka, I Gusti. 1976. Retorik Sebuah
Tinjauan Pengantar. Bandung :
Tarate
http://arifzp88.blogspot.com/2011/06/retorika-oleh-nama-arif-perdana.html
(diakses pada tanggal 11 Mei 2015)
http://sugengbasari.blogspot.com/2014/02/pemanfaatan-retorika-dalam
bidang.html (diakses pada tanggal 11 Mei 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar