Minggu, 07 Juni 2015

MAKALAH PENGARUH RETORIKA DALAM PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Salah satu jenis kegiatan yang banyak dilakukan orang dalam kehidupannya bermasyarakat adalah bertutur. Ada-ada saja yang dituturkannya kepada teman-temannya atau kepada orang lain, pada kesempatan-kesempatan yang memungkinkan. Orang tua yang memberitahu anak-anaknya tentang sesuatu yang sebaiknya diteladani dikaatakan bernasihat; guru yang menerangkan pelajaran kepada murid-muridnya disebut mengajar; penata masyarakat (lurah, camat, bupati, gubernur, menteri, presiden, dan lain sebagainya) yang menguraikan kebijaksanaan pemerintahannya dinamakan berpidato; seorang pemuka partai yang membeberkan kelebihan program partainya kepada khalayak ramai dalam rangka pemilihan umum disebut berkampanye; orang-orang yang bertukar pendapat memecahkan masalah dalam suatu forum dikatakan berdebat atau berdiskusi; seorang sastrawan yang mengungkapkan imajinasinya dalam bentuk karya sastra dinamakan pengarang; tukang obat yang “mengecapkan” obat-obatannya di tengah-tengah orang yang mengerumuninya disebut berpropaganda. Takkan habis-habisnya istilahyang bisa diketengahkan untuk menamakan perwujudan kegiatan bertutur yang berlangsung di tengah-tengah masyarakat. Lebih-lebih lagi kalau orang mampu menyediakan nama yang sesuai dengan ciri-ciri khas wujud kegiatan bertutur itu masing-masing yang pada hakikatnya berbeda yang satu dari yang lainnya.
Namun terlepas daripada persoalan nama itu, sepanjang kegiatan tersebut memakai bahasa sebagai sarana dasarnya, maka sebenarnya dia termasuk ke dalam jenis kegiatan bertutur. Dalam makalah ini akan disajikan pengaruh retorika dalam bidang pendidikan dan pengajaran, pendidikam merupakan suatu bidang yang sangat membutuhkan retorika dalam menyampaikan pembelajaran. Pembelajaran akan lebih tersampaikan apabila menggunakan retorika yang baik dan benar. Maka dari itu penulis akan memaparkan seperti apa dan bagaimana tuturan yang digunakan oleh penutur dalam bidang pendidikan, baik dalam pembelajaran maupun pidato kependidikan.
A.       Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar  belakang di atas, maka dapat kami rumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas didalam makalah ini, yaitu:
1.         Apa pengertian retorika?
2.         Apa unsur-unsur / obyek kajian retorika?
3.         Apa pengertian pendidikan?
4.         Bagaimana pengaruh retorika dalam kajian pendidikan dan pengajaran?

B.       Tujuan Penulisan
Sesuai dengan yang menjadi rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.         Ingin mengetahui pengertian retorika.
2.         Ingin mengetahui unsur-unsur / obyek kajian retorika.
3.         Ingin mengetahui pengertian pendidikan.
4.         Ingin mengetahui pengaruh retorika dalam kajian pendidikan dan pengajaran.






BAB II
PEMBAHASAN
A.                                                                                                                                                                                                                                                 Pengertian Retorika
Istilah retorika sebenarnya merupakan cara bertutur yang baik dan benar. Di Indonesia sebenarnya istilah ini tidak terlalu popular, hal ini dikarenakan banyak hal dan salah satunya tidak dicantumkannya istilah retorik pada kamus besar Indonesia, namun belum tentu bangsa ini tidak menggunakan retorik, hamper semua aspek kehidupan membutuhkan retorika untuk menjalankan segala sesuatunya. Ada beberapa keragaman pengertian mengenai retorik,yaitu:
1.                                                                                                                                                                                                                                    Retorik Attic
Menurut cacatan sejarah, studi retorik ini muncul di Sirakusa, ibu kota pulau Sisilia yang termasuk daerah kekuasaan Yunani. Tokoh dari retirik attic ini adalah Corax dan Tissias yang menulis buku berjudul Techne. Dalam bukunya itu sang pakar mengatakan bahwa retorik adalah kecakapan berpidato di depan umum. Jadi retorik ini memberikan pengertian yang sangat sederhana  yakni kecakapan berpidato di depan umum, tapi perlu kita ketahui bahwa retorik ini memiliki kelemahan yakni konsep berpidato memanglah bertutur, akan tetapi bertutur belum tentu dilakukan dengan cara berpidato saja. Jadi pengertiannya masih terlalu sempit.
2.                                                                                                                                                                                                                                    Retorik Sofis
Menjelang abad ke-5 sebelum masehi, ada sekelompok filosof dari Athena dengan nama kaum sofis, diantara mereka aa lima orang yang menonjol yaitu Gorgias, Lysias, Phidias, Protagoras dan Isocrates. Menurut kaum sofis ini, Retorik adalah alat untuk memenangkan kasus. Dalam konsepnya apapun yang dihadapi haruslah dimenangkan dengan tuturan mereka, tidak peduli salah ataupun benar, mereka hanya mementingkan kemenangan dalam kasus yang mereka hadapi. Namun perlu kita kaji bersama bahwa retorik dan konsep initidaklah selamanya baik kerena kemengangan yang diperoleh hanyalah sementara dan itu merupakan kelemahan dari konsep sofis. Adapun prinsip-prinsip retorik yang diajarkan kaum sofis adalah sbagai berikut:
·                                                                                                                                                                                                            Seorang penutur harus pandai memainkan ulasan termasuk menyisipkan argument beserta bukti pendukungnya.
·                                                                                                                                                                                                            Penutur harus pandai berbahasa, misalnya saja tukat menukar kata, mengubah susunan kalimat. Kemampuan yang satu ini dikenal dengan teknik bersilat lidah.
·                                                                                                                                                                                                            Penutur harus memanfaatkanemosi penanggap tutur sebaik-baiknya. Membangkitkan emosi lawan bicara agar lebih mudh menjatuhkan lawan tutur kita.
·                                                                                                                                                                                                            Keseluruhan tindak. Dalam hal ini sarana dalam kegiatan bertutur harus diarahkan ke satu tujuan yaitu kemenangan.
3.                                                                                                                                                                                                                                    Retorik Aristoteles atau Retorik Tradisionil
Aristoteles adalah filosof yang menyelamatkan retorika dari anggapan yang kurang benar. Aristoteles menyebutkan ahwa retorik adalah ilmu yang mengajarkan seseorang  keterampilan menemukan sarana persuasive dalam suatu kasus. Namun konsep ini masih memilikikelemahan yakni membatasi retoriknya sebagai ilmu yang mengajarkan orang keterampilan menemukan sarana persuasive yang obyektif dalam suatau kasus dan kekurang lengkapan metode yang dipakai dalam membahas topic tuturnya. Sehingga dalm perkembangannya maka muncullah New Arisrotelesia yang menitik tekankan pada Win Win Solosion, dimana dalam penyelesaian suatu kasus haruslah saling memahami dan sama-sama mencapai kemenangan. Retorik ini merupakan retorik tingkat tinggi. Saling memahami merupakan kunci dari retorika ini karena dengan itulah semua peersoalan dapat menemukan solusi yang terbaik bagi semua belah pihak.
Retorika atau ilmu komunikasi adalah cara pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan atau metode yang teratur atau baik. Berpidato, ceramah, khutbah juga termasuk kajian retorika. Cara-cara mempergunakan bahasa dalam bentuk retorika seperti pidato tidak hanya mencakup aspek-aspek kebahasaan saja tetapi juga mencakup aspek-aspek lain yang berupa penyusunan masalah yang digarap dalam suatu susunan yang teratur dan logis adanya fakta-fakta yang meyakinkan mengenai kebenaran masalah itu untuk menunjang pendirian pembicara.
B.                                                                                                                                                                                                                                                 Unsur-unsur / Obyek Kajian Retorika
1.                                                                                                                                                                                                                                    Manusia
Retorika memandang manusia sebagai pelaku kegiatan bertutur yang memiliki harkat,martabat,derajat kemanusiaan serta berbudaya. Manusia merupakan sebyek yang berperan sebagai penutur dan penerima tuturan dalam kegiatan bertutur.
2.                                                                                                                                                                                                                                    Topik Tutur
Topik tutur adalah hal yang dibicarakan. Dalam hal ini topic atau hal yang dibicarakan haruslah bermanfaat,actual dan factual. Dikatakan bermanfaat adalah sama-sama memiliki kepentingan yang harus tercapai satu samalainnya. Apabila tuturan itu tidaklah bermanfaat maka akan dikatakan sebagai habya retorik belaka. Actual dan factual artinya hal yang dibicarakan haris mengikuti perkembangan jaman dan sesuai dengan kebutuhan pada waktu itu sehingga hal tersebut dinilai layak dan perlu untuk dituturkan.
3.                                                                                                                                                                                                                                    Bahasa
Bahasa adalah simbol verbal yang digunakan untuk menyampaikan dan menerima pesan. Pandangan retorik terhadap bahasa adalah bahasa itu diharapkan mampu memiliki gagasan dan bahasa itu diharapkan mampu memiliki pengertian. Bahasa yang efektif adalah bahasa yang mampu mewakili gagasan dan perasaan kita. Dalam retorika, agar bahasa itu  efektif maka bahas tersebut harus dipilih,ditata kemudian ditampilkan. Kita ketahui bersama bahwa bahasa sangat variatif maka dari dalam pemakain suatu bahasa harus dipilih sesuai dengan konteksnya. Contoh kata: kamu,loe,situ,dikau,antum dan ente, maka tidak mungkin apabila kita bertutur dengan dosen menggunakan kata loe,situ dan yang lain. Pemilihan bahasa ini sangat berpengaruh pada keberhasilan penyampaian bahasa itu sendiri. Setelah bahasa itu dipilih maka langkah selanjutnya adalah bahasa itu harus ditata sesuai dengan susunan yang baik dan banar dengan memperhatikan letak dan fungsi suatu kata agar tidak menimbulkan salah tafsir. Dan langkah selanjutnya adalah bahasa itu ditampilkan, dalam menampilkan bahasa haruslah dengan sopan dan ramah tamah dan menyampaikan yang sekiranya baik. Penampilan ini sangat menentukan situasi dan kondisi penyampaian dan si penutur itu sendiri.
4.                                                                                                                                                                                                                                    Tindak Tutur
Tindak tutur adalah kegiatan bagaimana bertutur agar tuturan kita diterima dengan baik oleh penerima tutur. Tujuan dari tindak tutur adalah memperoleh sesuatu dan kemudian mempertahankannya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan dan harus memperhatikan medan tuturan. Medan tuturan ini berupa konteks itu sendiri dengan susunan sebagai berikut:
·                                                                                                                                                                                                            Setting: waktu,tempat
·                                                                                                                                                                                                            Siapa yang diajak bertutur ( Person )
·                                                                                                                                                                                                            Ending : tujuan akhir dari suatau tuturan
·                                                                                                                                                                                                            Key/kunci: merupakan kunci informasi yang akan disampaikan, contohnya membicarakan masalah pendidikan.
·                                                                                                                                                                                                            Instrument: perangkat yang dipakai misalnya saja pesan pendek, radio, televisi ( Media )
·                                                                                                                                                                                                            Norma: norma adalah aturan dalam kegiatan bertutur
·                                                                                                                                                                                                            Genre: jenis wacana misalnya saja ilmiah, sastra dan semacamnya.
Selain medan tuturan, hal yang perlu diperhatikan adalah tuturan itu sendiri yang berupa teks. Apabila semua aspek ini dipergunakan dengan baik dan maksimal, maka tuturan kita dapat diterima dengan baik oleh penerima tutur dan akan mendapatkan tujuan yang diinginkan.
5.                                                                                                                                                                                                                                    Tuturan
Tuturan merupakan komposisi  mulai awal hingga akhir suatu tuturan. Dalam hal ini suatu tuturan tersebur dimulai dari apa kemudian diahiri dengan apa. Komposisi suatu tuturan dapat dikemas sebagai berikut:
·                                                                                                                                                                                                            Pengantar dengan indeks tekstual 15-20%
·                                                                                                                                                                                                            Isi dengan indeks tekstual 50-70%
·                                                                                                                                                                                                            Penutup dengan indeks tekstual 5-10%
C.                                                                                                                                                                                                                                                 Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha untuk mendewasakan orang baik dengan cara formal maupun informal.
Pendidikan merupakan sebuah kata yang sangat familiar kita dengarkan di dalam hidup sehari hari, sebab pendidikan merupakan kegiatan penting yang dilakukan oleh hampir semua orang dari lapisan masyarakat.
Pendidikan sebagai sesuatu yang penting memang tidak terlepas dari banyaknya pendapat dan asumsi tentang arti dan definisi pendidikan yang sebenarnya.
Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli
Menurut Prof. Herman H. Horn
Pendidikan adalah proses abadi dari penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk yang telah berkembang secara fisk dan mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan seperti termanifestasikan dalam alam sekitar, intelektual, emosional dan kemauan dari manusia.
Menurut M.J. Langeveld
Pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.
Menurut Prof. Dr. John Dewey
Pendidikan adalah suatu proses pengalaman. Karena kehidupan adalah pertumbuhan, pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan ialah proses menyesuaikan pada tiap-tiap fase serta menambahkan kecakapan di dalam perkembangan seseorang.
Menurut Prof. H. Mahmud Yunus
Pendidikan adalah usaha-usaha yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak sehingga secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya yang paling tinggi. Agar si anak hidup bahagia, serta seluruh apa yang dilakukanya menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia)
Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat di katakaan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
D.      Pengaruh Retorika dalam Bidang Pendidikan dan Pengajaran
Ada banyak pemanfaatan retorika dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya dalam bidang pendidikan, sebelum membahas pengaruh retorika dalam bidang pendidikan dan pengajaran,maka terlebih dahulu kita akan mengulas beberapa dasar dari pemanfaatan retorika. keterlibatan orang dengan masalah-masalah retorik dalam kegiatan bertuturnya mengandung implikasi pengertian bahwa mereka terlibat dengan cara-cara memanfaatkan retorik. Persoalannya sekarang, bagaimanakah orang memanfaatkan retorik tersebut? Pada dasarnya ada tiga corak cara orang memanfaatkan retorika itu sendiri yakni ada 3 hal, maka untuk melugaskan serta menggambarkan pemanfaatan retorika, kami sajikan sebagai berikut, yaitu:
1.    Secara spontan atau intuisif
Dalam kehidupan bertutur sehari-hari, pada umumnya orang memanfaatkan retorik itu secara spontan saja. Lebih-lebih lagi kalau topik tuturnya hanya merupakan topik pengisi waktu luang ataukah masalah-masalah lain yang diketengahkan dalam pergaulan akrab dan tidak resmi. Dalam situasi-situasi serupa ini, penutur tidak begitu banyak menghabiskan waktu dan tenaganya untuk memilih materi bahasa, memakai ulasan dan gaya tuturnya lebih banyak bersifat spontan saja, karena memang situasi tutur memungkinkan mereka bertindak demikian.
2.    Secara tradisional atau konvensional
Berbicara tentang pemanfaatan retorik dalam kegiatan bertutur, ada masa-masa bahwa kebanyakan orang mengikuti konvensi-konvensi bertutur seperti yang sudah digariskan oleh generasi yang terdahulu. Dengan kata lain, konvensi itu akhirnya menjadi tradisi yang ditaati turun-temurun. Misalnya para pujangga untuk menggambarkan seorang gadis cantik, digunakanlah ungkapan-ungkapan klise: “badannya langsing bagai pohon pinang; wajahnya bagai bulan purnama; matanya seperti bintang timur; hidungnya bak dasung tunggal; mulutnya laksana delima merekah dan seterusnya.”
Pemanfaatan retorik secara tradisional, bukan hanya ada pada masa-masa lampau saja. Di tengah-tengah kehidupan modern sekarang ini pun masih berkembang kebiasaan-kebiasaan bertutur yang konvensional. Misalnya saja dalam rapat-rapat atau pertemuan-pertemuan formil lainnya, sementara orang yang diberi kesempatan berbicara merasa perlu menyebut nama deretan pejabat yang hadir; mengucapkan terima kasih banyak-banyak atas kesempatan yang diberikan; dan lain sebagainya. Kebiasaan yang demikian ini agaknya sudah mentradisi dalam bertutur resmi pada akhir-akhir ini.
3.    Pemanfaatan retorik secara terencana
Yang dimaksudkan pemanfaatan terencana dalam hal ini ialah penggunaan retorik yang direncanakan sebelumnya secara sadar diarahkan ke suatu tujuan yang jelas. Misalnya bidang politik, bidang usaha/ekonomi, karyawan bahasa, bidang kesenian dan bidang pendidikan.
Dalam bidang pendidikan pengajaran sangat memerlukan retorika,dengan maksud dan tujuan mencapai keberhasilan dalam pembelajaran. Pemanfaatan retorik secara terarah tampak menonjol pada proses balajar mengajar di kelas. Dalam proses ini para guru menerapkan prinsip pendidikan yang telah dipelajari sebelumnya dan memanfaatkan retorika berdasarkan jenis pembelajaran yang disajikan. Selain itu guru menggunakan alat peraga untuk menarik minat siswanya. Bermacam-macam usaha dilakukan untuk menarik minat siswanya, termasuk menggunakan tindak dan tuturan yang menyenangkan sekaligus produktif bagi perkembangan belajar peserta didiknya.

Sehubungan dengan ini dapat kita pahami bahwa pendidikanmerupakan proses penerapan retorik. “Keselurahan dari proses pengajaran didalam kelas adalah penerapan retorik” demikian kata Donald C. Bryant. Jika seandainya dalam pendidikan tidak memanfaatkan retorika, maka pembelajaran akan tampak membosankan bagi peserta didiknya dan alhasil keberhasilan dalam pendidiknpun akan kurang terasa dan maksimal.
Lewat bertutur yang baik maka akan tercipta suatu kondisi dimana pendidikan sangat menyenangkan bagi peserta didik, namun sebaliknya penggunaan retorika yang kurang baik bahkan terkesan kaku akn menimbulkan kurang menarik minat dari peserta didik untuk selalu aktif mengikuti pembalajaran yang guru ajarkan. Dalam pendidikan upaya untuk mendewasakan peserta didik  ditembuh dengan berbagai cara, salah satunya dengan tututran yang baik,menarik,produktif maka proses tersebut akan berjalan dengan lancar. Seorang guru kita ketahui perlu menggunakan retorika yang baik untuk menguasai kelas yang ia pimpin, maka dari itu dalam dunia kependidikan, sangat doperlukan tuturan yang memang diharapkan mencapai tujuan pendidikan.










BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
Retorika atau ilmu komunikasi adalah cara pemakaian bahasa sebagai seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan atau metode yang teratur atau baik. Berpidato, ceramah, khutbah juga termasuk kajian retorika.
Unsur-unsur/obyek kajian retorika antara lain adalah sebagai berikut; manusia, topik tutur, bahasa, tindak tutur, dan tuturan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan merupakan proses penerapan retorik. “Keselurahan dari proses pengajaran didalam kelas adalah penerapan retorik” jika seandainya dalam pendidikan tidak memanfaatkan retorika, maka pembelajaran akan tampak membosankan bagi peserta didiknya dan alhasil keberhasilan dalam pendidiknpun akan kurang terasa dan maksimal.
B.       Kritik dan Saran

Demikian makalah yang dapat kami paparkan tentang “Pengaruh Retorika dalam Pendidikan Pengajaran”. Semoga bermanfa’at. Dan tentunya makalah ini tidak terlepas dari kesalahan, kekurangan, dan kekeliruan. Oleh karena itu penulis memohon kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan makalah selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA
Ngurah Oka, I Gusti. 1976. Retorik Sebuah Tinjauan Pengantar. Bandung: Tarate
http://arifzp88.blogspot.com/2011/06/retorika-oleh-nama-arif-perdana.html (diakses pada tanggal 11 Mei 2015)
http://sugengbasari.blogspot.com/2014/02/pemanfaatan-retorika-dalam bidang.html (diakses pada tanggal 11 Mei 2015)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar